Editing pada sebuah foto sampai sekarang masih saja menjadi perdebatan yang cukup sengit, pada dasarnya topik ini membagi dua kelompok besar, kelompok pertama adalah mereka yang mendukung sebuah foto melalui editing software atau post processing. Kelompok yang kedua adalah mereka yang jelas-jelas menentang adanya sentuhan software pada sebuah karya foto. Jadi yang mana sebenarnya yang benar dan bisa dipertanggungjawabkan?
Sebelum kita bahas yang mana yang seharusnya dibahas, hehe. Mari kita lihat dulu alasan-alasan -klasik yang sering muncul dibalik pertentangan dua kelompok ini, yang kadang-kadang sudah seperti PSSI vs Pemerintah.
Pertama kelompok yang mendukung biasanya beralasan bahwa sebuah foto itu sudah sepatutnya untuk mengalami post processing, tujuannya tentu hanya agar supaya foto tersebut tampak lebih indah, cantik, yang kulitnya hitam bisa sedikit putih, yang putih yah jangan keterlaluanlah putihnya…
Terus ada juga yang beralasan karena tuntutan profesi, misalnya konsumen ingin foto pre-wed tampak seperti habis foto di bulan, nah kan gak mungkin mereka pre-wed di bulan,jadilah foto tersebut diedit sehingga backgroundnya kayak di bulan.
Sedangkan bagi kelompok yang merasa seharusnya sebuah foto tidak perlu diedit, biasanya mereka beralasan bahwa foto itu seharusnya langsung dari kamera, dan tidak perlu lagi kita ubah-ubah, menambah ini itu atau istilahnya tidak perlu kita edit lagi. Biasanya ketika melihat sebuah foto di postingan fb atau flickr dan lainnya, komentarnya selalu “Fotonya langsung dari kamera atau diedit lagi nih?”
Oke, saya tidaklah akan mendukung satu kelompok manapun dan memihak pihak yang manapun, karena pada dasarnya saya cinta damai. Hehehe. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu kita luruskan dalam perbandingan kedua opini tadi. Antara lain :
1. Foto langsung dari kamera itu artinya tidak diedit
Sayang sekali kecuali anda memotret dengan format RAW yang kebanyakan tak bisa dibaca di perangkat anda, semua foto dengan format JPEG yang dihasilkan dari kamera anda pada dasarnya telah diedit. Siapa yang edit? Bagaimana caranya?
Nah dalam setiap kamera yang ada, senantiasa dilengkapi prossesor sebagai otak dari kamera yang mengatur keseluruhan operasi kamera tersebut. Sederhananya sebuah kamera yang anda pegang saat ini, bagaikan komputer dengan ukuran kecil yang juga memiliki prosesor, prosesor pada kamera tergantung merk kamera anda.
Di Canon, prosesornya dikenal dengan nama Digic dimana saat ini dirumorkan akan dikeluarkan kamera Canon dengan prosesor Digic 6 yang merupakan prosesor terbaru. Pada Nikon prosesornya dikenal dengan nama Expeed dimana yang terbaru ada Expeed 5A pada Nikon 1 J5.
Nah fungsi prosesor itu yang mengendalikan kamera dan sangat berkaitan dengan pemrosesan gambar atau foto anda. Ketika cahaya diterima sensor dan kemudian diubah menjadi data elektronis, data tersebut kemudian diproses oleh prosesor kamera, diubah menjadi file foto dengan format jpeg, menggunakan setingan yang telah diatur sebelumnya, setingan pada kamera biasa disebut picture style atau picture control.
Jadi sebenarnya foto tersebut telah diedit kamera anda, baik itu pengaturan sharpenning, saturasi dan sebagainya. Ketika anda memotret raw proses ini dilangkahi, karena kamera mengirimkan langsung ke memory card. Namun file raw ini merupakan file mentah, anda takkan mungkin kan ketika ingin makan kue, hanya memakan terigu saja atau mentega saja, tentu harus diolah lebih dulu.
2. Semua foto harus diedit
Sama dengan point pertama, kecuali anda senantiasa memotret dengan raw dimana hasil sebuah foto membutuhkan post processing, tak semua foto membutuhkan editing.
Ada kondisi-kondisi tertentu dimana sebuah foto tak perlu diedit, misalnya ketika anda membutuhkan foto tersebut langsung saat itu juga, tentu anda takkan bisa mengeditnya lagi, juga ketika misalnya anda memotret untuk keperluan news atau pemberitaan.
Sebuah foto jurnalisme biasanya menetapkan batasan-batasan yang ketat dalam editing foto.
Jangan sampai hasil edit foto tersebut membuat kondisi di lingkungan yang difoto sudah berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya, oleh karena itu foto untuk jurnalisme, biasanya dibiarkan menggunakan hasil editan langsung kamera di lokasinya.
3. Editing besar-besaran
Terkecuali itu merupakan permintaan klien anda untuk tujuan komersil, editing sampai mengubah inti atau fakta dari sebuah foto terkadang tidaklah baik, walaupun itu kembali ke selera anda masing-masing.
Bukankah simple makes perfect? Kadang kesederhanaan dalam sebuah foto yang menjadikannya tampak lebih indah. Malahan ketika anda mengedit sebegitu hebatnya, bisa dikatakan kita sudah memanipulasi foto tersebut, apabila sudah mengubah sebagian besar hal di foto tersebut, atau menambahkan hal yang tadinya tidak ada, tapi sekali lagi ini kembali ke diri anda masing-masing
Jika merasa nyaman dengan itu, why not? Oh ya jika misalnya anda mengikuti sebuah lomba foto atau kompetisi, biasanya editing yang diijinkan hanya sebatas cropping atau sharpening, bacalah ketentuan yang biasanya disertakan. Jangan sampai editing anda malah menutup kesempatan anda memenangkan hadiahnya bukan.
Tiga hal itu dulu yang mungkin bisa setidaknya kita pahami dalam hal mengedit foto, yang pasti temukan style anda sendiri dalam memotret, kembangkan itu dan tunjukkan keindahan di balik foto-foto anda.
Thanks for reading.
Baca juga : Belajar Perspektif Satu Titik Lenyap Dalam Fotografi
Leave a Reply