Pantai dan laut, merupakan dua hal yang sejak kecil menjadi favorit buat saya. Tinggal di sebuah kota kecil bernama Bitung yang terletak tepat di kaki gunung Dua Sudara serta berbatasan langsung dengan pantai Selat Lembeh merupakan suatu anugerah buat saya.
Masih jelas di ingatan bagaimana bertahun – tahun lalu, kami yang masih anak – anak ingusan bermain di pantai yang hanya perlu berjalan kaki saja. Bermain dengan ombak dan pasir berjam – jam. Merasakan betapa hangatnya air laut, sering mengeluh karena tak sengaja merasakan betapa asin rasa air ini, ya ialah. Terkadang sampai lupa waktu, mentari merah oranye sudah ditutupi garis horizon sampai sadar kalau hari sudah gelap. Pulang – pulangnya menangis karena kena marah di rumah. 😀
Dulu pantai yang bisa di jelajahi luas dan panjang, bahkan ada lapangan sepakbola di tepi pantai, bukan tepat di tepinya sih, kalo tepiannya kan pasir, gak asik dong main bola di pasir, -.- tapi sekitar 20 meter dari bibir pantai lapangannya. Lapangannya juga standar lomba loh, karena besarnya lapangan itu,sering ada lomba – lomba antar kampung, antar kolom gereja yang diadakan di situ.
Tapi sekarang untuk menjumpai pantai di kota sendiri sudah lumayan susah. Maksudnya pantai dekat rumah yang dulu tinggal loncat pagar nyampe, sekarang sudah dihiasi pagar tembok keliling. Yah sekarang pantainya sudah dipenuhi oleh pabrik. Pabrik yang menghiasi sepanjang garis pantai dengan tembok – tembok mereka yang kokoh seakan merebut pantai yang dulu menjadi tempat bercanda dan tamasya gratis. Pantai yang dulu menjadi tempat berlabuhnya para nelayan yang kini semakin tersingkir dan jumlahnya semakin sedikit.
Tentunya saya tidak menyalahkan namanya pembangunan. Jika demi katanya kesejahteraan bersama masyarakat. Takkan ada yang menolak hal tersebut bukan dengan terpaksa ?:)
Sekarang yang ada adalah hiasan beton menutupi pandangan di tepi pantai, marilah saya dan teman – teman masa kecil lainnya yang kalau masih mengingat yah.. Berharap bersama agar ini membawa kesejahteraan buat semua masyarakat kota Bitung yang kita cintai. Karena mengorbankan hal yang mahal untuk hasil yang mahal tapi hanya untuk segelintir golongan saja, rasanya bukanlah hal yang bijaksana.
Leave a Reply