Bagi yang baru pertama kali memiliki kamera DSLR mungkin juga baru pertama kali mendengar istilah shutter count. Tapi bagi yang sudah cukup ‘berumur’ pasti sudah tak asing lagi dengan istilah ini, bahkan mungkin sedikit was-was jika mulai ada yang menyinggung angka shutter count kameranya.
Bagi yang belum tahu, shutter count itu bagaikan odometer di kendaraan, jika tak tahu juga apa itu odometer -_- search wiki aja deh.
Sama seperti odometer yang berfungsi mencatat berapa jauh jarak tempuh yang telah dilalui oleh kendaraan, demikian juga dengan shutter count, instrument ini akan mencatat seberapa banyak kamera tersebut telah dijepret atau berapa banyak foto yang telah dihasilkan.
Sebagian besar orang biasanya mengasosiasikan angka shutter count dengan seberapa lama kamera mampu bertahan atau bisa dikatakan usia efektif kamera, sebenarnya hal tersebut tak sepenuhnya benar dan juga tak sepenuhnya salah.
Lah… Hehe secara umum memang angka shutter count bisa kita bilang sebagai usia kamera, namun sama dengan manusia, usia tak menentukan kapan dia akan meninggal bukan.
Bisa saja waktu masih muda atau malah masih anak-anak sudah dipanggil Yang Kuasa. Ada yang usianya sudah 80-90an masih segar bugar saja tampaknya, demikian dengan kamera ada banyak faktor yang menentukan kapan kamera tersebut harus ‘berpulang’ hehe.
Ingat.. Jumlah shutter count tidak menentukan kapan kamera tersebut rusak atau tidak bisa dipakai lagi
Bisa saja kamera yang baru dibeli langsung rusak, jatuh misalnya ketika sementara dipakai.. -_- hehe itu faktor orangnya yah. Yang ingin ditekankan di sini adalah masih ada komponen-komponen atau faktor-faktor lainnya yang menentukan sampai kapan kamera itu bisa dipakai, baik itu faktor teknis maupun non teknis.
Namun ada beberapa hal yang secara umum bisa kita asumsikan tentang usia kamera, berikut adalah faktor-faktor tersebut.
Ada harga, ada rupa. Biasanya daya tahan kamera juga tergantung dengan build quality atau bagaimana produsen kamera tersebut memproduksi perangkat tersebut.
Untuk kamera yang harganya cukup atau bahkan sangat mahal, salah satu yang turut mendongkrak harganya adalah kualitas produk. Baik itu material yang dipakai untuk membuat kameranya, kamera-kamera kelas profesional biasanya terbuat dari logam magnesium alloy yang tentunya jauh lebih tahan lama dibandingkan plastik biasa.
Selain itu biasanya kamera di tingkatan ini melalui uji kualitas atau quality control yang ketat untuk memastikan produk yang dilempar ke pasaran benar-benar berkualitas.
Fitur yang dimiliki oleh kamera juga turut menunjang usianya, contohnya fitur anti air dan anti debu atau weathershield, dengan fitur ini kamera tentu lebih tahan lama karena memiliki cover pelindung yang canggih.
Perawatan Kamera
Faktor perawatan dan penggunaan juga akan berpengaruh besar, jika anda menyimpan kamera secara sembarangan, terus menggunakannya juga secara sembarangan dalam artian penanganan kamera tidak hati-hati, bisa dijamin kamera tersebut takkan bertahan lama.
Hal ini tentu juga berlaku untuk semua perangkat elektronik lainnya bukan hanya kamera, kalau tidak dirawat dengan baik pastilah cepat rusak.
Jika sembarang saja dipakai, sering terbentur atau jatuh, kena debu, air atau minyak yah pasti rusak juga walau shutter countnya masih ratusan.
Shutter Count Saat Beli Kamera Bekas
Meski kita tak bisa menentukan kamera akan rusak jika shutter countnya sudah tinggi, tapi angka shutter count ini juga bisa jadi patokan harga umpamanya saat membeli kamera bekas.
Dengan mengetahui jumlah shutter count kamera second yang kita incar, kita bisa tahu apakah harga yang diberikan sudah pantas, ataukah terlampau berlebihan. Tentu ada juga faktor-faktor lainnya ya.
Ceklah terlebih dahulu shutter count kamera yang ditawarkan kepada anda dan tentunya kelayakan fungsi kamera lainnya.
Mengetahui Shutter Count Kamera
Nah bagaimana mengetahui shutter count pada kamera anda? Untuk itu anda bisa memanfaatkan beberapa cara, yang paling mudah tentunya secara online anda tinggal mengupload foto ke website tersebut kemudian menunggu hasilnya. Salah satu web exif viewer adalah Jeffrey’s Exif Viewer.
Jika anda mau sedikit repot namun bisa lebih cepat tanpa menunggu koneksi internet Indonesia yang kadang lelet bagai siput lagi kekenyangan, hehe.
Silakan anda search dan download program Opanda Exif Viewer, tampilan programnya sama seperti di foto di atas tadi, dimana lingkaran merah itu menunjukan jumlah shutter count kamera anda.
Satu hal yang perlu diingat untuk mengetahui shutter count kamera anda, gunakan file dengan format JPEG yang terbaru dihasilkan dari kamera, tentunya agar hasilnya lebih akurat, selain itu dengan program Opanda tadi ,file RAW tak bisa dibaca.
(Dari berbagai sumber)
Baca juga : 10 Tips Jitu Memotret Landscape
ucho says
misi om, mau nanyak, apa mirorrles juga memiliki shutter box?
Sheva says
Halo Ucho, jika maksud kamu adalah sistem shutter atau mekanisme shutternya, tentu saja mirrorless memilikinya. Hanya yang membedakan adalah pada mirrorless tidak ada mirror box atau cermin untuk memantulkan gambar yang ditangkap lensa ke viewfinder, dengan begitu mirrorless lebih praktis (ringan) dan cepat. Salah satu artikel yang membahas cukup lengkap tentang mekanisme shutter di kamera, termasuk mirrorless ini ada di website Premiumbeat (English tapi hehe) http://www.premiumbeat.com/blog/how-camera-shutters-work/
decky says
halo, secara umum berapa jumlah shutter count yang dianggap sudah mendekati batas akhir pemakaian? Apakah shutter count pada kamera bisa direset/balik ke angka 0 seperti odometer pada kendaraan?
Sheva says
Shutter count lebih ke standar pengujian dari pabrik, tidak bisa menunjukkan (secara pasti) bahwa itu merupakan batas akhir. Pada beberapa sistem kamera, rangkaian shutternya bisa diganti kok dan otomatis ya direset.