Dalam memotret landscape, kita tentunya tak bisa berharap segala sesuatunya berjalan lancar dan sesuai keinginan kita, selalu saja ada berbagai macam potensi kekeliruan atau kesalahan yang timbul, namun kita bisa meminimalisir hal tersebut, jika kita telah mengetahuinya terlebih dahulu.
Berikut adalah beberapa kesalahan pengaturan yang sering dilakukan fotografer saat memotret landscape yang bisa anda pelajari dan tentu tidak melakukannya:
1. Menggunakan nilai aperture yang salah
Kebanyakan fotografer landscape saat memotret menggunakan nilai aperture yang besar atau bukaan yang kecil, tentu tujuan utamanya adalah agar supaya mendapatkan ketajaman maksimal dalam keseluruhan bidang fotonya.
2. Memilih menggunakan autofocus ketimbang manual focus
3. Melakukan zoom setelah mengunci fokus
4. Mengandalkan auto white balance
Untuk mengatasinya anda bisa mencoba memotret dalam format RAW, Dengan begitu anda akan memperoleh kemudahan dalam mengubah setingan white balance di software nanti.
5. Tidak menggunakan tombol DoF preview saat memakai Graduated ND Filter
Fotografi landscape tanpa filter bagaikan sayur tanpa garam, walaupun kemampuan software saat ini sudah sangat mumpuni untuk mengaplikasikan berbagai efek filter, namun ada kalanya seorang fotografer tidak mau terlalu disibukkan dengan editing pada post process, karena itulah hadir filter yang bisa membantu anda.
Lagipula ada beberapa filter yang fungsinya tak bisa digantikan oleh software.GND filter berfungsi utamanya saat anda memotret kondisi yang terlalu kontras antara langit dan daratan, dalam hal ini biasanya ketika anda memotret sunset atau sunrise, dimana bagian langit terlalu terang sehingga bagian daratannya takkan terekspos dengan baik.
Dengan menggunakan GND Filter hal ini bisa teratasi, karena filter ini memiliki bagian yang gelap dan terang, yang tentu bisa anda sesuaikan, Masalahnya kadang kita sering salah memposisikan filter tersebut, karena viewfinder kita tak menunjukan aperture sesuai yang kita atur.
Untuk itu gunakanlah tombol depth of field yang tersedia dengan begitu tampilan di viewfinder akan sesuai dengan pilihan aperture yang anda mau, misalnya anda mengatur f/16, maka tampilan di viewfinder juga akan menampilkan f/16. Jika tidak ditekan, maka viewfinder akan menampilkan gambar dengan bukaan terbesar lensa.
6. Menggunakan kompensasi eksposure saat memotret dengan RAW
Terkadang saat memotret landscape, fotografer umumnya akan menaruh perhatian utamanya ke bagian yang terang dalam foto, baik itu bagian langit, awan atau bagian yang rentan over eksposure, sambil melihat pada higlight warning kamera.
Untuk menjaga foto tidak over, maka seorang fotografer biasanya akan meneliti histogram yang ada di kamera, dan bila over akan menggeser nilai kompensasi eksposure ke arah negatif. Sementara format file yang dipilihnya adalah RAW !
Satu hal yang perlu anda tahu, bahwa histogram sesungguhnya merepresentasikan eksposure foto dalam versi JPEG, berdasarkan pengaturan kamera yang anda gunakan saat itu.
File RAW sendiri berisi informasi yang jauh lebih banyak dari JPEG, menampung lebih banyak detail shadow dan highlight, daerah yang tampaknya overeksposed kemungkinannya tidak begitu saat anda membuka dalam format RAW.
Tentu tampaknya mudah untuk mengambil gambar dengan kompensasi eksposure aktif, yang pada akhirnya akan menghasilkan foto yang under, namun ketika anda menaikkannya dengan software, masalah lainnya akan timbul, yaitu noisenya juga akan lebih banyak muncul di bagian yang gelap.
Sebaliknya memotret dengan membiarkan foto di layar tampak sedikit over, namun sesungguhnya tidak ketika dibuka dalam format RAW akan membantu anda untuk mengetahui sampai mana tingkat shadow dan highlight sebelum benar-benar kehilangan detailnya. Juga akan membantu anda melakukan post process tanpa kuatir dengan noise.
Demikian beberapa setingan kamera yang kerap kali keliru dipakai oleh seorang landscaper, jika anda punya pengalaman lain soal landscape jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar.
(Disadur dari : Digitalcameraworld)
Leave a Reply